Rabu, 06 November 2024

Menavigasi Privasi Data Kesehatan melalui PIA

Oleh: Yudianto

 

 

Regulasi pelindungan data merupakan kerangka hukum yang sangat penting untuk melindungi informasi pribadi, terutama di sektor kesehatan, di mana data yang dikumpulkan sering kali bersifat sangat sensitif. Di Indonesia, Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) memberikan landasan hukum yang kuat untuk melindungi hak privasi individu. Regulasi ini menetapkan prinsip-prinsip dasar, seperti keterbukaan, minimisasi data, serta hak akses dan koreksi, yang memberikan kontrol lebih besar bagi individu atas data pribadi mereka, serta menetapkan kewajiban keamanan bagi organisasi.

 

Dalam konteks layanan kesehatan, regulasi ini berfungsi untuk membangun kepercayaan pasien, mencegah penyalahgunaan data, dan memastikan kepatuhan hukum. Dengan adanya UU PDP, pasien dapat merasa lebih aman untuk memberikan informasi kesehatan mereka, karena ada jaminan bahwa data mereka akan dikelola dengan baik. Namun, tantangan dalam implementasi regulasi ini tetap ada, termasuk kurangnya kesadaran di kalangan penyelenggara layanan kesehatan dan ancaman keamanan data yang terus berkembang. Penilaian Dampak Privasi (PIA) menjadi salah satu alat penting untuk membantu organisasi menilai risiko dan menerapkan kontrol yang tepat.

 

Artikel ini bertujuan untuk mengedukasi pembaca mengenai pentingnya regulasi pelindungan data dalam sektor kesehatan, serta tantangan yang dihadapi dalam implementasinya. Dengan memahami dan mematuhi regulasi pelindungan data, termasuk aspek keamanan, kepatuhan, dan privasi, organisasi kesehatan tidak hanya dapat melindungi data pasien, tetapi juga berkontribusi pada sistem kesehatan yang lebih transparan dan bertanggung jawab. Kepatuhan terhadap UU PDP akan meningkatkan reputasi organisasi dan membangun hubungan yang lebih baik dengan pasien, menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi pengelolaan data kesehatan. 


Konsep Privasi dan Pelindungan Data Pribadi

Pelindungan data pribadi berkaitan erat dengan konsep privasi. Privasi merujuk pada gagasan menjaga integritas dan martabat pribadi seseorang. Hak privasi mencakup kemampuan individu untuk menentukan siapa yang memegang informasi tentang mereka dan bagaimana informasi tersebut digunakan. Dalam konteks pelindungan data, individu memiliki hak untuk menentukan apakah mereka akan membagi atau bertukar data pribadi mereka, serta menentukan syarat-syarat pelaksanaan pemindahan data tersebut. Pelindungan data pribadi juga terkait dengan hak privasi yang berkembang sehingga dapat digunakan untuk melindungi data pribadi.

 

Konsep Privasi

Konsep privasi berfokus pada hak individu untuk mempertahankan dan mengendalikan informasi pribadi mereka, mencakup elemen-elemen penting seperti keberadaan pribadi, pengumpulan data yang terbatas, dan pengendalian informasi pribadi. Individu berhak menjaga kerahasiaan identitas dan menentukan informasi apa yang dikumpulkan serta bagaimana informasi tersebut digunakan. Keamanan data juga menjadi aspek krusial, di mana organisasi harus melindungi data dari akses yang tidak sah melalui langkah-langkah seperti enkripsi dan kebijakan keamanan. Transparansi dan aksesibilitas informasi juga penting, memungkinkan individu untuk memahami praktik pengumpulan data dan memiliki hak untuk mengoreksi informasi yang tidak akurat. Akuntabilitas organisasi dalam mengelola data pribadi memastikan bahwa mereka mematuhi kebijakan dan peraturan yang berlaku, menjadikan konsep privasi sebagai dasar penting dalam pelindungan data, termasuk dalam konteks kesehatan.


Hak privasi adalah hak asasi manusia yang melindungi individu dari pengungkapan atau penggunaan informasi pribadi yang tidak sah. Hak ini mencakup kerahasiaan komunikasi, kontrol atas penggunaan data pribadi, serta perlindungan dari pemantauan yang tidak sah. Elemen penting dari hak privasi meliputi hak atas kerahasiaan dan keamanan pribadi, yang memberikan individu kontrol atas informasi mereka; hak atas kerahasiaan komunikasi, melindungi dari penyadapan; dan hak untuk mengontrol pengumpulan dan penggunaan data pribadi, termasuk kemampuan untuk mengubah atau menghapus informasi yang tidak akurat. Selain itu, individu memiliki hak untuk tidak terlibat dalam profilasi otomatis yang dapat mempengaruhi hak-hak mereka, serta hak untuk menjaga privasi di ruang pribadi. Secara keseluruhan, pelindungan hak privasi adalah tanggung jawab bersama pemerintah, organisasi, dan masyarakat untuk menjaga martabat dan keamanan individu.

 

Dampak Privasi

Dampak privasi mengacu pada konsekuensi yang muncul akibat pelanggaran atau ketidakjagaan terhadap privasi individu. Ketika informasi pribadi seseorang diungkap, diakses, atau digunakan tanpa izin, dampaknya dapat bervariasi, mulai dari gangguan minor seperti ketidaknyamanan hingga masalah serius seperti penyalahgunaan identitas dan kerugian finansial. Misalnya, penyalahgunaan identitas dapat menyebabkan kerugian reputasi yang signifikan, sementara pelanggaran privasi emosional—seperti penyebaran informasi atau foto pribadi tanpa izin—dapat menimbulkan stres dan rasa malu. Selain itu, penggunaan informasi pribadi secara tidak sah dapat mengakibatkan diskriminasi, yang berdampak pada penolakan layanan, asuransi, atau pekerjaan. Gangguan privasi, seperti pengawasan berlebihan, juga dapat mengurangi rasa kebebasan individu. Kerugian reputasi akibat penyebaran informasi merugikan dapat mengganggu kehidupan pribadi dan profesional. Selain itu, pelanggaran privasi sering kali menyebabkan kehilangan kepercayaan terhadap organisasi yang seharusnya melindungi data pribadi. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga privasi data pribadi dengan menerapkan kebijakan pelindungan privasi yang kuat serta tindakan keamanan yang memadai guna mencegah konsekuensi negatif bagi individu dan masyarakat.

 

Pelindungan Data Pribadi dan Pelindungan Privasi

Pelindungan Data Pribadi (PDP) adalah upaya menjaga data pribadi dari penyalahgunaan dan akses tidak sah, dengan fokus pada kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data. Prinsip utama PDP meliputi transparansi penggunaan data, persetujuan jelas dari individu, batasan penggunaan untuk tujuan tertentu, serta keamanan data. Selain itu, individu memiliki hak untuk mengakses, mengoreksi, dan menghapus data mereka. Entitas pengelola data bertanggung jawab untuk mematuhi prinsip-prinsip ini, dengan memperhatikan regulasi yang berbeda di setiap negara.

 

Pelindungan privasi adalah upaya menjaga data pribadi dari penyalahgunaan dan akses yang tidak sah, melalui kebijakan yang jelas dan langkah keamanan yang memadai. Ini penting karena memberikan individu kebebasan untuk mengontrol informasi yang mereka bagikan, melindungi harga diri dan identitas, memastikan keamanan data untuk mencegah pencurian identitas, membangun kepercayaan antara individu dan organisasi, serta memastikan kepatuhan terhadap undang-undang perlindungan data. Pelindungan privasi sangat penting untuk menjaga kebebasan dan keamanan individu dalam pengelolaan data pribadi.

 

Pelindungan data pribadi dan privasi sangat penting bagi individu dan masyarakat. Ini menjaga kebebasan dan harga diri dengan memberi hak kontrol atas informasi pribadi, serta menjamin kerahasiaan dan keamanan data untuk mengurangi risiko penyalahgunaan. Selain itu, pelindungan yang efektif membangun kepercayaan antara individu dan organisasi, mendukung interaksi yang lebih baik, dan memberikan kepastian hukum untuk inovasi teknologi yang etis. Pelindungan ini merupakan prinsip fundamental untuk menciptakan lingkungan yang aman dan adil di era digital.

 

Regulasi Pelindungan Data

Regulasi pelindungan data merupakan kerangka hukum yang sangat penting untuk melindungi informasi pribadi, terutama di sektor kesehatan, di mana data yang dikumpulkan sering kali sangat sensitif. Di Indonesia, Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) memberikan landasan hukum yang kuat untuk melindungi hak privasi individu dan memberikan kontrol lebih besar atas data pribadi mereka. Regulasi ini menetapkan prinsip-prinsip dasar seperti keterbukaan, minimisasi data, hak akses dan koreksi, serta kewajiban keamanan bagi organisasi. Dalam konteks layanan kesehatan, regulasi ini berfungsi untuk membangun kepercayaan pasien, mencegah penyalahgunaan data, dan memastikan kepatuhan hukum, sehingga pasien merasa lebih aman dalam memberikan informasi kesehatan mereka.


Selain UU PDP, konsep privasi dan hak privasi di Indonesia juga diatur oleh beberapa peraturan lainnya, termasuk Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 dan perubahannya (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016), serta Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika. Di sektor kesehatan, regulasi lebih lanjut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) mengenai Rekam Medis. Regulasi ini memberikan pedoman yang jelas mengenai pengelolaan data kesehatan, termasuk ketentuan tentang penyimpanan, akses, dan pengungkapan informasi medis. Melalui pemahaman yang mendalam terhadap berbagai regulasi ini, institusi kesehatan dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya memenuhi kewajiban hukum, tetapi juga menjaga kepercayaan pasien serta melindungi data pribadi yang sangat sensitif.


Pentingnya Pelindungan Data Pribadi dan Privasi dalam Konteks Kesehatan

Pelindungan data pribadi dan privasi sangat penting dalam konteks kesehatan untuk menjaga kerahasiaan dan integritas informasi kesehatan individu. Data kesehatan, yang mencakup riwayat medis dan kondisi kesehatan, memerlukan pelindungan dari akses tidak sah dan penyalahgunaan. Kepercayaan pasien bergantung pada keyakinan bahwa data mereka aman; pelanggaran privasi dapat menghambat pasien dalam memberikan informasi yang diperlukan untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.


Data kesehatan juga rentan terhadap serangan siber, sehingga pelindungan yang efektif sangat diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan dan kebocoran informasi. Kepatuhan terhadap undang-undang, seperti UU Kesehatan, menjadi krusial untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Penyedia layanan kesehatan harus menerapkan langkah-langkah keamanan seperti enkripsi data dan pelatihan staf untuk memastikan pengelolaan data yang baik.


Meskipun saat ini belum ada peraturan khusus mengenai pelindungan data pribadi di bidang kesehatan, berbagai kebijakan dan regulasi sudah ada. Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) diharapkan dapat memberikan kerangka hukum yang lebih komprehensif untuk melindungi data kesehatan di Indonesia. Dengan pelindungan yang kuat, diharapkan dapat membangun kepercayaan pasien dan meningkatkan keamanan sistem kesehatan secara keseluruhan.

 

Tantangan dan Solusi

Dengan pesatnya adopsi teknologi dalam dunia medis, terutama aplikasi kesehatan digital, muncul pula berbagai tantangan baru terkait perlindungan data pasien. Aplikasi-aplikasi ini mempermudah akses dan pengelolaan informasi kesehatan, namun di sisi lain, memperbesar potensi risiko terhadap pencurian atau kebocoran data pribadi yang sangat sensitif. Mengingat data kesehatan yang terkandung di dalamnya merupakan informasi yang sangat bernilai, baik bagi pasien, profesional medis, maupun pihak ketiga, sudah sewajarnya pelindungannya menjadi prioritas. Oleh karena itu, penting untuk memahami tantangan yang dihadapi serta solusi yang dapat diterapkan untuk memastikan data kesehatan tetap terlindungi.

 

Tantangan dan Risiko Keamanan Data Kesehatan

Peningkatan penggunaan aplikasi kesehatan dalam dunia medis dan layanan kesehatan membawa berbagai tantangan signifikan terkait dengan keamanan data pribadi pasien. Data kesehatan, yang sangat sensitif, rentan terhadap potensi pencurian atau kebocoran jika tidak dilindungi dengan baik. Saat ini, hanya sekitar 30% aplikasi kesehatan yang dilengkapi dengan kebijakan privasi yang memadai, sehingga meningkatkan kerentanannya terhadap serangan siber. Banyak aplikasi dan platform digital yang kurang memiliki kontrol akses yang ketat, dan beberapa di antaranya tidak menggunakan teknologi enkripsi yang cukup untuk melindungi data selama transmisi maupun penyimpanan. Risiko lainnya adalah lemahnya prosedur otentikasi pengguna, seperti kata sandi yang sederhana atau tidak adanya lapisan autentikasi tambahan, yang memungkinkan akses tanpa izin. Selain itu, kurangnya pelatihan untuk tenaga medis dan staf administrasi mengenai kebijakan privasi dan praktik keamanan data juga dapat meningkatkan potensi kesalahan manusia. Tanpa audit rutin dan pengawasan yang ketat terhadap sistem informasi kesehatan, potensi kerentanannya semakin tinggi, apalagi jika melibatkan pihak ketiga dalam pengelolaan data tanpa adanya kontrol yang cukup.

 

Solusi untuk Mengatasi Tantangan Keamanan Data Kesehatan

Untuk mengatasi tantangan dan risiko ini, diperlukan serangkaian solusi yang komprehensif. Pertama, penerapan teknologi enkripsi yang kuat dan kontrol akses berbasis hak akses terbatas harus menjadi prioritas utama dalam setiap sistem informasi kesehatan. Penggunaan firewall yang lebih canggih, serta pemanfaatan metode autentikasi multi-faktor, dapat memperkuat keamanan data dari potensi serangan siber. Selain itu, organisasi yang mengelola data kesehatan harus memastikan kebijakan privasi yang jelas, yang mengatur bagaimana data dikumpulkan, disimpan, dan digunakan. Pengguna sistem, termasuk tenaga medis dan staf administrasi, perlu diberikan pelatihan rutin mengenai prinsip-prinsip privasi dan perlindungan data, guna meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap kebijakan yang ada. Audit dan pengujian keamanan secara berkala juga penting untuk memastikan bahwa sistem tetap aman dan sesuai dengan standar yang berlaku. Teknologi kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning) dapat diterapkan untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan atau anomali dalam data secara real-time, memberikan lapisan perlindungan tambahan. Selain itu, untuk memastikan keamanan data jangka panjang, perlu adanya kepatuhan terhadap regulasi global seperti GDPR dan HIPAA yang dapat menjadi acuan untuk praktik keamanan data yang standar dan konsisten. Kerja sama antara pemerintah, organisasi kesehatan, dan perusahaan teknologi juga sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang aman dan terlindungi, di mana data kesehatan dapat digunakan dengan aman untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien tanpa mengorbankan privasi mereka.

 

Penilaian Dampak Privasi

Penilaian Dampak Privasi (PIA) adalah alat evaluasi yang penting dalam menjaga pelindungan data pribadi dan privasi, terutama dalam konteks kesehatan. PIA digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko privasi terkait pemrosesan, penyimpanan, atau penanganan data sensitif seperti rekam medis dan informasi kesehatan individu lainnya. Proses ini membantu memahami masalah privasi yang muncul dalam inisiatif bisnis baru atau penggunaan teknologi tertentu, dengan memperhatikan jenis dan volume data yang akan dikumpulkan dan risiko yang terkait. PIA juga mencakup parameter penting seperti sifat, ruang lingkup, konteks, dan tujuan pemrosesan data, serta tindakan mitigasi untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi. PIA wajib dilakukan untuk setiap proyek besar yang melibatkan data pribadi dan harus diperbarui secara berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. Dengan penerapan PIA yang konsisten, institusi kesehatan dapat melindungi data pribadi individu dan memastikan langkah-langkah pengendalian yang tepat diterapkan dalam setiap proyek.

 

Apa itu Penilaian Dampak Privasi?

Penilaian Dampak Privasi (PIA) adalah evaluasi sistematis terhadap proses, produk, layanan, dan teknologi yang melibatkan pemrosesan data pribadi di Kementerian Kesehatan. Tujuan utama PIA adalah untuk memahami masalah privasi dan risiko yang terkait dengan inisiatif bisnis baru, termasuk jenis dan volume data yang akan dikumpulkan, digunakan, dan dibagikan. Melakukan PIA dianggap sebagai praktik terbaik yang membantu mengidentifikasi risiko privasi serta menerapkan kontrol pelindungan data sejak awal proyek. PIA harus dilaksanakan untuk setiap proyek besar yang memerlukan pemrosesan data pribadi, menggunakan template kuisioner untuk meminimalkan risiko. PIA mencakup beberapa parameter penting, yaitu sifat, ruang lingkup, konteks, dan tujuan pemrosesan yang menjelaskan secara detail tentang data pribadi yang akan diproses. Selain itu, PIA juga mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul bagi individu akibat pemrosesan data, termasuk penilaian kemungkinan dan dampaknya. Selanjutnya, PIA merinci langkah-langkah yang akan diambil untuk mengurangi risiko teridentifikasi, seperti kebijakan privasi dan langkah-langkah keamanan teknis. Dengan pendekatan ini, PIA menyediakan kerangka kerja terstruktur untuk memahami dan melindungi privasi serta keamanan data pribadi dalam proyek-proyek baru, memastikan bahwa pemrosesan data dilakukan dengan memperhatikan privasi sejak awal.

 

Kapan PIA Harus Dilaksanakan?

Penilaian Dampak Privasi (PIA) harus dilaksanakan dalam dua situasi utama untuk melindungi privasi dan data pribadi. Pertama, PIA wajib dilakukan sebelum organisasi mengumpulkan, mengakses, menggunakan, menyimpan, membagikan, atau memusnahkan data pribadi. Proses ini membantu mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi risiko terhadap privasi, serta memungkinkan organisasi untuk menerapkan tindakan pengendalian yang tepat guna menjaga keamanan data. Kedua, PIA juga diperlukan sebelum organisasi memperkenalkan produk atau layanan baru, atau melakukan perubahan signifikan terhadap proses, sistem, aplikasi, atau produk yang menggunakan data pribadi. Evaluasi risiko dalam konteks inisiatif baru atau yang telah diubah membantu memastikan bahwa pelindungan data tetap memadai. Setelah PIA dilaksanakan, penting untuk melakukan tinjauan dan pembaruan secara berkala, terutama jika terdapat perubahan dalam ruang lingkup proyek atau tujuan yang telah ditetapkan. Tinjauan rutin memastikan bahwa privasi dan pelindungan data tetap sesuai dengan regulasi yang berlaku dan kebijakan organisasi, serta memungkinkan organisasi untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam menghadapi perubahan kondisi yang mempengaruhi privasi data.

 

Peran dan Tanggung Jawab

Penilaian Dampak Privasi (PIA) adalah langkah penting dalam sistem informasi kesehatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko terhadap privasi data pribadi. Proses ini melibatkan beberapa peran dan tanggung jawab, antara lain mengidentifikasi jenis data pribadi yang dikumpulkan, mengevaluasi risiko serta dampak yang mungkin timbul dari pelanggaran privasi, dan merencanakan tindakan mitigasi untuk mengurangi risiko tersebut. Selain itu, PIA juga membutuhkan keterlibatan pemangku kepentingan, seperti pengelola sistem informasi kesehatan, tim ahli privasi, dan pihak-pihak yang terlibat dalam pengumpulan data. Mereka harus mematuhi kebijakan privasi dan melaporkan risiko yang terdeteksi. Pemantauan dan tinjauan berkala terhadap implementasi tindakan mitigasi juga penting untuk memastikan efektivitas langkah-langkah pelindungan data. Dalam konteks ini, otoritas regulator memiliki peran untuk mengawasi pelaksanaan PIA sesuai dengan regulasi yang berlaku. Kerangka kerja PIA dirancang untuk memberikan panduan bagi individu yang bertanggung jawab atas proyek yang melibatkan pengolahan data pribadi, memastikan bahwa semua pihak memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam melindungi privasi. Dengan kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, pelindungan data pribadi dapat dilakukan secara efektif dan berkelanjutan.

 

Tahapan dan Langkah-Langkah Penilaian Dampak Privasi (PIA)

Penilaian Dampak Privasi (PIA) adalah proses penting dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko privasi terkait pengumpulan, penggunaan, dan pengelolaan data pribadi. PIA dilakukan melalui serangkaian tahapan dan langkah-langkah yang memastikan kepatuhan terhadap peraturan privasi serta pelindungan data pasien.

 

Langkah-Langkah Melakukan PIA. PIA dimulai dengan mengidentifikasi inisiatif baru yang melibatkan data pribadi, diikuti dengan pengisian Kuisioner PIA untuk menilai risiko yang mungkin timbul. Setelah itu, kuisioner tersebut diserahkan ke Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) untuk dievaluasi lebih lanjut. Tim yang menangani privasi akan menilai inisiatif berdasarkan kontrol mitigasi yang diperlukan sebelum melanjutkan inisiatif tersebut atau melibatkan pihak ketiga. Semua langkah ini membantu dalam mendokumentasikan penghindaran risiko dan penerapan kontrol mitigasi.

 

Tahapan Kegiatan Proses dan Prosedur PIA. Proses PIA mencakup langkah-langkah strategis seperti persiapan, pengumpulan data, identifikasi dan analisis risiko, mitigasi, serta tinjauan berkala terhadap efektivitas kontrol yang diterapkan. Sementara itu, prosedur PIA lebih mendetail dan operasional, yang merinci langkah-langkah spesifik, alat yang digunakan, dan kontrol yang diterapkan pada setiap tahapan proses PIA. Tahapan utama dalam proses PIA meliputi: menjawab kumpulan pertanyaan, identifikasi dan analisis risiko, remediasi risiko, dan tinjauan risiko.

 

Prosedur Operasional PIA mencakup langkah-langkah dari persiapan awal hingga peninjauan hasil evaluasi untuk memastikan bahwa kontrol mitigasi yang diterapkan efektif dalam mengurangi risiko dan melindungi data pribadi. Dengan mengikuti tahapan dan prosedur PIA yang jelas, organisasi dapat secara sistematis mengelola risiko privasi dan memastikan pelindungan data pribadi pasien dalam sistem informasi kesehatan.

 

Penutup

Pelindungan privasi data dalam layanan kesehatan adalah hal yang sangat penting, terutama dengan semakin berkembangnya teknologi digital. Penilaian Dampak Privasi (PIA) memberikan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko privasi dalam setiap perubahan atau inisiatif sistem, memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku dan melindungi data pasien. Meskipun tantangan terkait ancaman siber dan kebocoran data tetap ada, solusi seperti penerapan teknologi keamanan dan pelatihan yang tepat dapat memitigasi risiko ini. Dengan proses PIA yang jelas, kita dapat menciptakan ekosistem layanan kesehatan yang aman, transparan, dan terpercaya, yang tidak hanya menjaga privasi pasien, tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan.

 

 

______

Artikel ini disusun berdasarkan buku berjudul ‘Pedoman Penilaian Dampak Privasi dalam Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan’ (Pusdatin Kemenkes, 2022), yang dapat diunduh di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serangan Siber Meningkat, Indonesia Harus Perkuat Regulasi Keamanan Data Kesehatan

 Oleh: Yudianto Perkembangan teknologi digital telah membawa dampak signifikan di hampir semua sektor kehidupan, termasuk di bidang kesehata...